Pengalaman Magang di Perpustakaan



Haloo, guys. Sudah lama ya kita tidak berjumpa, hehe. O genki desu ka? semoga kalian selalu dalam keaadaan baik ya, guys ^^. Baik secara jasmani maupun rohani. Kalau jasmani kalian oke, tapi rohaninya terganggu, gue curiga jangan-jangan itu karena TBT alias Tekanan Batin Tugas, wkwkwk.

Jadi,  beberapa hari selepas magang kemarin, gue sempat mikir untuk berbagi pengalaman magang yang sudah pernah gue lakukan. Selama kuliah 2 tahun ini Alhamdulillah gue udah ngerasain magang sebanyak tiga kali. Rencana buat magang itu sebenarnya udah terpikirkan sejak gue masih di semester satu. Magang itu suatu hal yang penting banget bagi gue, apalagi mengingat jenjang pendidikan yang gue ambil saat ini adalah Diploma 3 yang mana lulusannya memang ‘dicetak’ untuk menjadi praktisi yang profesional.

Dengan magang atau praktik kerja kalian bisa mengaplikasikan sekaligus membandingkan pengetahuan yang kalian dapatkan di kelas (teori) dengan kondisi langsung di ‘lapangan’ atau tempat kerja. Jadi, apa yang kalian pelajari di kelas nggak hanya ada di khayalan kalian aja, karena kalian udah pernah ngerasain praktik langsung. Selain itu nih, guys, kalau magang kalian bisa mengisi waktu liburan agar menjadi lebih produktif. ‘Kan sayang, kalau waktu libur lama, tapi nggak dimanfaatin dengan baik.

Sepertinya pendahuluan gue udah banyak menyita waktu kalian ya, wkwk, gomen. Oke, langsung lanjut ke topik utama aja kalau gitu:



  • Bidang Perpustakaan
Magang pertama kali gue itu adalah di bidang perpustakaan. Waktu itu lagi liburan semester 2, tepatnya Agustus 2015. Alhamdulillah, gue diterima magang di Perpustkaan Majelis Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), hehe. Magangnya Cuma sebulan, pas banget dari awal sampai akhir Agustus. Tapi, nggak masalah. Dalam waktu sebulan itu, gue harus bisa menyerap ilmu sebanyak-banyaknya, hahaha.
Oh iya, by the way, gue mangang di sana nggak hanya seorang diri, tapi sama teman-teman gue, 4 orang. Terus magangnya ngapain aja di sana?

Karena perpustakaan memang bidang ilmu yang gue pelajari di bangku kuliah, jadi kegiatan gue selama magang di sana nggak jauh-jauh dari mengolah dan mengelola koleksi bahan pustaka. Hal pertama yang pasti dilakukan kalau ada koleksi baru adalah diinventarisasi, gunanya untuk mendaftar koleksi terbaru apa saja yang dimiliki oleh perpustakaan.

Selanjutnya, mengkatalog koleksi bahan pustaka. Untuk kegiatan ini, pedoman yang kami gunakan adalah Anglo American Cataloguing Rules (AACR) 2nd Edition dengan 8 Daerah ISBD (International Standard Book Description). Dua pedoman ini digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang terdapat di bahan pustaka. Mengkatalog koleksi ini bisa dilakukan dengan cara manual (membuat kartu/buku katalog) dan juga dengan cara modern (melalui sistem aplikasi yang sudah terautomasi).

Setelah selesai mengkatalog, kegiatan yang ketiga adalah mengklasifikasi. Klasifikasi ini bertujuan untuk mengelompokan jenis-jenis koleksi dengan subyek yang sama agar mudah saat penyimpanan dan penemuan kembali, guys. Nah, sama seperti mengkatalog, kegiatan klasifikasi ini tidak bisa dilakukan secara asal, guys. Melainkan harus menggunakan pedoman. Pedoman yang digunakan adalah Dewey Decimal Classification 21 (DDC 21). 

Menginventarisasi udah, mengkatalog udah, mengklasifikasi juga udah. Lalu kegiatan selanjutnya apa? Kegiatan selanjutya adalah pembuatan nomor panggil atau call number. Call number ini berfungsi untuk ‘memanggil’ koleksi keluar dari tempatnya saat dibutuhkan. Eits, tapi jangan salah lho yaa. Dipanggil keluar itu bukan berarti koleksinya akan datang sendiri kepada kita, tapi memudahkan pemustaka atau pustakawan menemukan koleksi secara tepat dan cepat dari lokasi simpannya. Kalau koleksinya bisa datang sendiri ke kita itu mah namanya horror, guys. Horror. Wkwkwk.

Guys, call number ini terdari dari tiga komponen, yaitu nomor klasifikasi, tiga huruf pertama nama pengarang yang sudah diindeks dan satu huruf pertama judul koleksi. Kegiatan pembuatan call number ini biasanya disertai dengan penempelan label dan juga barcode, guys. Label itu berisi call number yang letaknya ada di punggung buku. Kalau untuk barcode sih itu nggak wajib ya, tergantung kebijakan perpustakaan. Umumnya, penggunaan barcode diterapkan oleh perpustakaan yang memiliki koleksi lebih dari 1000 judul dan jumlah pengguna yang mengimbangi. Supaya lebih mudah saat melakukan pelacakan gituu deh.

Yap, setelah semua tahapan kegiatan di atas dilakukan, hal terakhir yang harus dilakukan adalah melakukan penjajaran pada arak koleksi atau shelving. Semua pasti tau, kalau penjajaran itu berfungsi untuk memudahkan pemustaka atau pustakawan dalam mencari koleksi. Walaupun hanya melakukan penjajaran nih, guys. Tetap aja kita nggak boleh asal, ada aturannya. Aturannya adalah koleksi dijajarkan sesuai dengan urutan call number. Jadi, dari kelas klasifikasi 000-900 lalu diikuti urutan abjadnya A-Z. Begitu.

Wah wah, baru cerita satu pengalaman aja udah sepanjang ini :’D. Gimana kalau langsung cerita tiga?? Sepertinya dua pengalaman magang gue yang selanjutnya harus ikut antrean post selanjutnya deh. Gue kasian juga sama kalian kalo jadi perih matanya karena baca post yang terlalu panjang ini, wkwk.


Kalau begitu, dua pengalaman lainnya gue post di postingan selanjutnya ya, guys. Jangan kapok lhooo ya. Dah, aku mah apa tanpa readers, wkwk. Psst! di-posting-an selanjutnya gue bakal cerita tentang pengalaman magang gue di bidang kearsipan, guys! See you soon ;)

Komentar

  1. hai mbak susi kenetulan saya juga kepengen magang di perpus, kalo boleh tau gimana proses ngelamarnya hingga diterima? salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haloo Siti, maaf ya baru balas :'D

      kalau proses ngelamarnya itu ngikutin ketentuan dari instansinya aja, karena kan setiap instansi aturannya berbeda. Jadi, yg penting sebelum magang di sana, kamu cari tahu informasinya dulu ya ^^

      Hapus
  2. Kak prosedur buat magang di perpustakaan MPR RI gimana aja ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Melinda, maaf ya baru bales :')

      waktu itu cuma perlu surat pengantar aja kok dari kampus. alamat suratnya kepada kepala bagian kepegawaian sekretariat jenderal MPR RI yaa.

      semoga membantu

      Hapus
  3. Kak prosedur magang di perpus mpr gimana ya cara cara nya ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara ke Hutan Mangrove naik kereta dan busway

PENGALAMAN DAN TIPS LOLOS SIMAK UI